Senin, 05 Mei 2014

Apa sih anak berbakat cerdas dan istimewa (Gifted Students) itu?

Apa sih anak berbakat cerdas dan istimewa (Gifted Students) itu?

WRITTEN BY: DR. NENG NURHEMAH, M.PD - NOV• 14•12
Berdasarkan kenyataan yang universal dan alamiah bahwa manusia itu berbeda suatu sama lain dalam berbagai hal, seperti dalam hal intelegensi, bakat, kepribadian, kondisi jasmani dan sebagainya. Oleh karena itu perlu dipikirkan bagaimana menangani penyaluran berbagai perbedaan ini.
Pendidikan anak berbakat merupakan bagian integrasi pendidikan pada umumnya, dengan kekhususan memberi kesempatan maksimal bagi anak berbakat untuk berfungsi sesuai dengan potensinya, dengan harapan bahwa pada suatu saat anak juga akan memberi sumbangan yang maksimal bagi peningkatan kehidupan sesuai dengan aktualisasi potensinya itu. Hal itu sesuai dengan citra masyarakat yang kita anut dengan memperhatikan kaitan fungsional antara individu dengan masyarakat Menurut definisi yang dikemukakan Renzuli,anak berbakat memiliki pengertian:
“Anak berbakat merupakan satu interaksi di antara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata-rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan kreativitas yang tinggi. Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai”.
Menurut penelitan Terman (1925) pada saat anak berbakat dilahirkan memiliki berat badan diatas berat badan normal. Dari segi fisik pada umumnya mereka juga memiliki keunggulan seperti terlihat dari berat dan tinggi badan, koordinasi, daya tahan tubuh dan kondisi kesehatan pada umumnya (French, 1959). Mereka juga sangat energik (Meyen, 1978) sehingga orang salah mendiagnosa sebagai anak yang hyperaktif (Swassing, 1985). Anak-anak berbakat berkembang lebih cepat atau bahkan sangat cepat bila dibandingkan dengan ukuran perkembangan yang normal. Hal ini disebabkan anak berbakat memiliki superioritas intelektual (Gearheart intelektual 1980) mampu dengan cepat melakukan analisis (Sunan, 1983), dan dalam irama perkembangan kemajuan yang mantap (Swassing,1985) bahkan dalam berfikir mereka sering meloncat dari urutan berfikir yang normal (Gearheart,1980).
Heller (2004) mengembangkan model multifaktor yang merupakan pengembangan dariTriadic Interdependence model Monks serta Multiple Intellegences dari Howard Gardner. Menurut Heller konsep keberbakatan dapat ditinjau berdasarkan empat dimensi multifaktor yang saling terkait satu sama lain:
  1. Faktor talenta (talent) yang relatif mandiri,
  2. Faktor kinerja (performance),
  3. Faktor kepribadian, dan
  4. Faktor lingkungan;
Dua faktor terakhir menjadi perantara untuk terjadinya transisi dari talenta menjadi kinerja. Faktor bakat (talent) sebagai potensi yang ada di dalam individu dapat meramalkan aktualisasi kinerja (performance) dalam area yang spesifik. Bakat ini mencakup tujuh area yang masing -masing berdiri sendiri, yaitu: kemampuan intelektual, kemampuan kreatif, kompetensi sosial, kecerdasan praktis, kemampuan artistik, musikalitas, dan keterampilan psikomotor. Sementara itu faktor kinerja (performance) meliputi delapan area kinerja, yaitu matematika, ilmu pengetahuan alam, teknologi, komputer, seni (musik, lukis), bahasa, olahraga, serta relasi sosial.
The “Three-Ring Conceptions” atau Konsepsi Tiga Cincin menurut Renzulli (1981, 2005) yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria (persyaratan) keberbakatan (giftedness) adalah keterkaitan antara:
  1. Kemampuan umum (kapasitas intelektual) dan/atau kemampuan khusus di atas rata-rata.
  2. Kreativitas di atas rata-rata.
  3. Pengikatan diri terhadap tugas (task commitment) yang cukup tinggi.
The Triadich dari Renzulli-Monks merupakan pengembangan dari Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli. Model Renzulli-Monks ini disebut model multifaktor yang melengkapi Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli. Dalam model multifaktornya Monks mengatakan bahwa potensi kecerdasan istimewa (giftedness) yang dikemukakan oleh Renzulli tidak akan terwujud jika tidak mendapatkan dukungan yang baik dari sekolah, keluarga, dan lingkungan di mana anak tinggal (Monks dan Ypenburg, 1995).
Sekolah keluarga
Multifaktor maka pendidikan anak cerdas istimewa tidak dapat dilepaskan dari peran orangtua dan lingkungan dalam menanggapi gejala-gejala kecerdasan istimewa yang dimiliki, toleran terhadap berbagai karakteristik yang ditampilkannya baik yang positif maupun berbagai gangguan tumbuh kembangnya yang menjadi penghambat baginya, serta dalam mengupayakan layanan pendidikan yang terbaik baginya. Lebih lanjut model pendekatan ini menuntut keterlibatan pihak orangtua dalam pengasuhan di rumah agar berpartisipasi secara penuh dan simultan dengan layanan pendidikan di sekolah.
Berkaitan dengan konsepsi keberbakatan ini, menarik pula model multiple intelligence dari Gardner. Gardner menjelaskan bahwa intelegensi bukan merupakan suatu konstruk unit tunggal namun merupakan konstruk sejumlah kemampuan yang masing-masing dapat berdiri sendiri (Gardner, 1983). Pendapatnya ini seiring dengan upaya dari sejumlah pakar psikologi yang giat meneliti kembali apa yang dimaksud dan bagaimana cara mengukur intelegensi dan mereka berpandangan bahwa intelegensi tidak dapat diukur melalui pengukuran kemampuan skolastik semata. Gardner berpendapat bahwa manusia memiliki 7 dimensi yang semi otonom, bahkan akhir-akhir ini berkembang lagi menjadi 9 dan bahkan 10 jenis intelegensi.
 Cara menghadapi anak cerdas istimewa
Anak-anak cerdas berbakat sering kali melakukan hal-hal aneh yang tidak biasa dilakukan oleh anak-anak secara umum sering kali mereka bertindak sangat menjengkelkan terutama pada saat proses belajar berlangsung di kelas-kelas, maupun dalam tingkah laku keseharian.
Cara menghadapi masalah pada situasi ini adalah keterlibatan seluruh aspek psikologis dan biologis setiap anak berbakat pada saat mereka berhadapan dengan masalah tersebut. Mereka akan memilih metode, pendekatan dan alat yang strategis sehingga diperoleh pemecahan masalah yang efisien dan efektif. Langkah awal dapat dilihat bahwa setiap anak berbakat mempunyai keinginan yang kuat untuk mengetahui banyak hal (Gearheart,1980) kemudian mereka akan melakukan ekspedisi dan eksplorasi terhadap pengukuran saja. Setelah berpikir dengan baik maka mereka akan memunculkan hasil pemikiran dalam bentuk tingkah laku.
Tingkah laku yang dimunculkan ialah mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara kritis. Pertanyaan ini ditujukan pada diri sendiri atau orang lain (sebaya atau orang dewasa). Karakteristik yang dimiliki anak berbakat dalam menghadapi masalah diantaranya:
  • Mereka mampu melihat hubungan permasalahan itu secara komprehensif dan juga mengaplikasikan konsep-konsep yang kompleks dalam situasi yang kongkrit. Mereka akan terpusat pada pencapai tujuan yang ditetapkan (Gearheart, 1980).
  • Mereka suka bekerja secara independent dan membutuhkan kebebasan dalam bergerak dan bertindak.
  • Mereka menyukai cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu dan mempunyai intens untuk berkreasi (Meyen, 1978).

Karakteristik anak berbakat cerdas istimewa
  1. Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara fisik berdasarkan pemahaman pengetahuan yang sedikit.
  2. Dapat mendominasi diskusi.
  3. Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya.
  4. Suka ribut.
  5. Memilih kegiatan membaca dari pada berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik.
  6. Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau prosedur tertentu.
  7. Jika memimpin diskusi akan membawa situasi diskusi ke situasi yang harus selalu tuntas.
  8. Frustrasi disebabkan tidak jalannya aktivitas sehari-hari.
  9. Menjadi bosan karena banyak hal yang diulang-ulang.
  10. Menggunakan humor untuk memanipulasi sesuatu.
  11. Melawan jadwal yang (hanya) didasarkan atas pertimbangan waktu saja bukan atas pertimbangan tugas.
  12. Mungkin akan kehilangan intens dengan cepat

http://neng.nurhemah.sman2tangsel.sch.id/?p=61

0 komentar:

Posting Komentar