Minggu, 04 Mei 2014

” RESOURCE-BASED LEARNING”

Belajar dan Pembelajaran
 RESOURCE-BASED LEARNING
DISUSUN OLEH:
Delly Haryani                              

RESOURCE-BASED LEARNING
Pengertian “Resource-Based Learning” adalah segala bentuk belajar yang langsung Menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar, secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan itu, jadi bukan dengan cara yang konvensional dimana guru menyampaikan bahan pelajaran kepada murid. maksudnya sumber belajar yang dijelaskan diatas adalah segala sesuatu (berupa data, orang atau benda) yang dapat dimanfaatkan untuk membuat atau membantu peserta didik belajar.
Pesan         orang           benda          alat            teknik            latar lingkungan
Jadi disini dalam metode “Resource-Based Learning” guru bukan merupakan sumber belajar satu-satunya. Murid dapat belajaran dalam laboraaturium, dalam perustakaan dan bahkan diluar sekolah yang mereka dapat berfikir sendiri bagaimana memecahkan masalah tertentu.Dengan metode ini siswa di latih untuk belajar mandiri. Dengan penemuan sendiri, maka setiap siswa memiliki konsep dengan konsep tersebut mereka di tuntut untuk melahirkan kembali dalam bentuk berbeda, di sini mereka di beri kebebasan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu dengan menuangkan kembali konsep yang telah ada dengan bahasa mereka sendiri, dan secara tidak langsung hal semacam ini menjadikan anak didik atau siswa lebih kreatif dan mandiri. Disinilah letak pentingnya penggunaan metode belajar resource based learning dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa.
Secara umum, cara belajar (learning style) peserta didik dapat dikategorikan ke dalam 4 hal. Yaitu: 
  • 1. Cara belajar somatik, yakni pola belajar yang lebih menekankan pada aspek gerak tubuh atau belajar dengan melakukan.
  • 2. Cara belajar auditif, yaitu cara belajar yang lebih menekankan pada aspekpendengaran, peserta didik akan cepat menangkap materi pelajaran jika materidisampaikan dengan ceramah atau alat yang dapat didengar.
  • 3. Cara belajar visual, yaitu cara belajar yang lebih menekankan pada aspek penglihatan, peserta didik akan cepat menangkap materi pelajaran, jika disampaikan dengan tulisanatau melalui gambar. 
  • 4. Cara belajar intelektual, yaitu cara belajar yangmenekankan pada aspek penalaran atau logika. Peserta didik akan cepat menangkap materi, jika pembelajaran dirancang dengan menekankan pada aspek mencai solusi pemecahan.
Latar belakang Resource-Based Learning”
Belajar berdasarkan sumber atau Resource-Based Learning” bukan suatu yang berdiri sendiri, melainkan bertalian erat dengan sejumlah perubahan0perubahan yang memepengaruhi pembinaan kurikulum. Perubahan-perubahn itu mengenai:
1.     Perubahan dalama sifat dan pola ilmu pengetahuan manusia
2.     Perubahan dlaam masyarakat dan tafsiran kitatentang tuntutannya
3.     Perubahan tentang pengrtian kita tentang anak dan crannya belajar
4.     Perubahan dalam media kumunikasih.
Perubahan dalam pengetahuan manusia
Pengetahuna manusia akhir-akhir ini berkembangan dengan cepat sekali, sehingga dijuluki sebagai eksplosi pengetahuan. Eksplosi pengetahuan bukan hanya mengenai pertambahan ilmu pengetahuan, melainkan juga perubahan dalam pola pengetahuan itu sendiri. Disamping eksplosi pengetahuan, terjadi pula eksplosi publikasi, karangan-karangan ilmiah dan teknologi terus bertambah dalam tiap tahunnya, akan tetapi yang mungkin dapat dikuasai hanya hal-hal yang paling umum saja yang dapat diajarkan disekoalah. Dengan perkembangan ilmu yang begitu cepat pengetahuan kita akan menjadi using dalam waktu sepuluh tahun, dan mungkin sekarang pun telah using dan tidak berlaku lagi, maka karena itu perlu adanya suatu teori tentang cara menyeleksi bahan pelajaran, cara menentukan prioritas pengetahuan yang akan dimasukkan kedalam kurikulum, yakni pengetahuan yang paling penting dan paling beguna. Namun sulit diramal pengetahuan apa yang akan berguna bagi anak dimasa mendatang Tetapi yang lebih penting ialah memupuk sikap dan teknik belajar, agar peserta didik dapat terus belajar sepanjang hidupnya.
Belajar tidak hanya berlangsung didalam sekolah. Timbulah pendirian bahwa sekolah bukan satu-satunya alat pendidikan, bahkan ada yang menginginkan agar sekolah dihapuskan saja didigantikan dengan “learning webs atau network, jadi dalam “de-schooling society” ini, yakni masyarakat tanpa kelembagaan sekolah, seluruh masyarakat diminta kerja sama dan berpartispasi. Anak-anak belajar atas kemauannya sendiri dalam suasana kebebasan memilih dan bebas dari otoritas lembaga sekolah.

Pemahan baru tentang pelajar

Jika dahulu diutamakan soal mengajar, maka akhir-akhir ini ditonjolkan soal belajar, setidaknya dalam tiori. Selain itu diketahui bahwa belajar dapat akan berhasil bila bahan pelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan minat anak. Diketahui setiap anak itu berbeda secara individual,  bahwa perbedaan individual itu perlu mendapatkan perhatian yang lebih banyak.
Dalam kenyataan, masih kebanyakan proses belajar mengajar di lakukan secara klasikal walaupun diketahui bahwa ada perbedaan individual, namun tetap diharapkan dan dituntut dari setiap anak untuk belajar dengan kecepatan yang sama. Walaupun diketahui setiap anak itu berbeda Dalam kenyataan, masih kebanyakan proses belajar mengajar di lakukan secara klasikal walaupun diketahui bahwa ada perbedaan individual, namun tetap diharapkan dan dituntut dari setiap anak untuk belajar dengan kecepatan yang sama.. Dalam pengajaran klasikal anak yang lambat dan anak yang berbakat boleh dikatakan tidak mendapat perhatian yang selayaknya, dengan metode yang sama tidak semua murid memperoleh manfaat yang sama dengan artian bahwa setiap anak memiliki cara-cara tersendiri dalam memahami suatu pelajaran, ada kalanya seorang anak merasa mudah memahami suatu pelajaran dengan membaca, maka dia cukup dengan membaca. Tetapi ada juga yang hanya dengan mendengar sudah cukup untuk memahami suatu pelajaran. Salah satu usaha untuk mempertimbangkan perbedaan individual itu adalah pengajaran berdasarkan sumber-sumber, resource based learning. Cara belajar yang serupa ini memberi kebebasan kepada anak untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia bebas pula belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya. Dengan cara ini kegagalan dan frustasi dapat dibatasi.

Perubahan dalam media komunikasi
Perkembangan media komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat dewasa ini, media cetak yang berupa buku, modul, media elektronik yang berupa radio, TV, video, komputer, internet, dan sebagainya telah menambah dimensi baru dalam media komunikasi. Ada yang berpendapat bahwa banyak dari apa yang diketahu anak pada zaman modern ini diperoleh melalui media massa.
Pendidik perlu melihat manfaat kemajuan media komunikasi bagi pembelajaran. Buku sampai sekarang masih memegang peranan  penting, namun ada yang meramalkan dalam waktu dekat semua aspek kurikulum akan dikomputerkan. Penggunaan media dalam pendidikan dimulai dengan memperkenalkan “audio visual aids” pada tahun 1920-an di Amerika Serikat. Alat-alat dipandang sebagai alat bantu pendidik dalam mengajar, sebagai tambahan yang dapat digunakan pendidik bila dikehendakinya.
Pada tahun 1960-an muncul pemikiran baru tentang penggunaan media yang dirintis oleh Skinner dengan penemuannya “programmed instruction” atau pengajaran berprograma mempunya pengaruh besar pada teknologi pendidikan . Dengan alat ini peserta didik belajar secara individual. Alat tersebut bukan sekedar alat bantu tambahan tetapi sesuatu yang digunakan peserta didik dalam pembelajaran. Pengajaran berprograma mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan teknologi pendidikan.misalnya Negara-begara besar sudah memanfaatkan media komunikasih ini sebagai proses belajar.


Ciri-ciri belajar berdasarkan sumber

a. Belajar berdasarkan sumber (BBS) memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio visual dan memberi kesempatan untuk merencanakan kegiatann belajar dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia.
b. Belajar berdasarkan sumber berusaha memberi pengertian kepada siswa tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar.
c. Belajar berdasarkan sumber berhasrat untuk mengganti pasivitas murid dalam belajar tradisional dengan belajar aktif didorong oleh minat dan keterlibatan diri dalam pendidikannya.
d. Belajar berdasarkan sumber berusaha untuk meningkatkan motivasi belajar dengan menyajikan berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran metode kerja, dan medium komunikasi, yang berbeda sekali dengan kelas yang konvensional yang mengharuskan murid –murid belajar yang sama dengan cara yang sama.
e. Belajar berdasarkan sumber memberi kesempatan kepada murid untuk bekerja menurut kecepatan dan kesanggupan masing- masing dan tidak dipaksa bekerja menurut kecepatan yang sama dalam hubungan kelas.
f. Belajar berdasarkan sumber lebih fleksible dalam penggunaan waktu dan ruang belajar. Jadi dengan cara belajar ini murid- murid tidak diharuskan belajar bersama dalam ruang yang sama pada waktu yang sama.
g. Belajar berdasarkan sumber berusaha mengembangkan kepercayaan akan diri sendiri dalam hal belajar yang memungkinkannya untuk melanjutkan belajar sepanjang hidupnya. Murid -murid dibiasakan untuk mencari dan menemukan sendiri sehingga ia tidak selalu bergantung pada orang lain.
Belajar berdasarkan sumber tidak meniadakan peranan guru. Juga tidak berarti bahwa guru dapat duduk bermalas-malasan dan membiarkan murid belajar diperpustakaan atau laboraturium. Guru itu terlibat dalam setiap langkah proses belajar, dari perancanaan, penentuan dan pengumulan sumber-sumber informasi, member motifasi, member bantuan apabila diperlukan dan bila dirasanya perlu memperbaiki kesalahan. Gurulah yang mengusahakan adanya keseimbangan antar waktu untuk belajar sendiri, bekerja dalam kelompok dan berdiskusi dan memberikan informasi dan penjelasan secara langsung dengan metode ceramah. Jadi tujuan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh murid dalam metode belajar ini banyak dipengaruhi oleh guru juga.
Dengan pelaksanaannya guru harus kerja sama dengan ahli perpustakaan yang lebih mengenal sumber-sumber bacaan yang ada. Ada kalanya diperklukan alat pelajaran berupa grafik atau gambar untuk menjelaskan konsep tertentu. Untuk itu diperlukan orang yang ahli dalam pembuatan alat peraga sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Kerja sama juga diperlukan dengan guru-guru laian yang mempunyai keahlian dan pengalaman masing-masing didalam dan diluar sekolah. Kerja-sama yang erat antara guru-guru terdapat dalam team teaching, dalam kelompok atau team guru dapat saling bertukar pengalaman, saling membantu dalam kesulitan pendidikan.
Pelaksanaannya
“ Resource – based learning “ adalah cara belajar yang bermacam-macam bentuk dan segi-seginya. Metode ini dapat singkat atau panjang, berlangsung selama satu jam pelajaran atau satu setengah semester dengan pertemuan dua kali seminggu selama satu atau dua jam, dapat di arahkan oleh guru atau berpusat pada kegiatan murid, dapat mengenai satu mata pelajaran tertentu atau melibatkan berbagai disiplin, dapat bersifat individual atau klasikal, dapat menggunakan alat audio visual yang di amati secara individual atau di perlihatkan kepada seluruh kelas. Metode ini tampaknya sebagai suatu yang terdiri atas berbagai komponen yang meliputi pengajaran langsung oleh guru, penggunaan buku pelajaran biasa, latihan-latihan formal, maupun kegiatan penelitian, pencarian bahan dari berbagai sumber, latihan memecahkan soal dan penggunaan alat-alat audio visual. Metode ini dapat pula didasarkan atas penelitian, pengajar proyek, pengajaran unit yang terintegrasi, pendekatan inter displiner, pelajaran individual dan pengajaran aktif. Yang penting ialah bahwa setiap metode yang digunakan bertalian dengan tujuan yang ingin di capai. Tujuan untuk mendidik anak agar sanggup memecahkan masalah memerlukan metode yang lain bila tujuannya mengumpulkan informasi. Jika dalam belajar berdasarkan sumber diutamkan tujuan untuk mendidik murid menjadi seorang yang sanggup belajar dan meneliti sendiri, maka ia harus dilatih untuk menghadapi masalah-masalah yang terbuka bagi jawaban-jawaban yang harus diselidiki kebenarannya berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, baik dari penelitian perpustakaan, eksperimen dalam laboratoriun, maupun sumber-sumber lain.
 “ Resource – based learning “ tidak hanya sesuai bagi pelajaran ilmu social, akan tetapi juga bagi ilmu pengetahuan alam. Pada hakekatnya setiap mata pelajaran dapat mempunyai komponen yang bertalian dengan sumber tertentu.
            Dalam pelaksanaan cara belajar ini perlu diperhatikan hal-hal berikut :

1.Pengetahuan yang ada
            Ini mengenai pengetahuan guru tetang latar belang murid dan penegtahuan murid tentang bahan pelajaran.

2.Tujuan pelajar
Guru harus merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapai dengan pelajaran itu. Tujuan ini tidak hanya mengenal bahan yang harus dikuasai akan tetapi juga keterampilan dan tujuan emisional dan social.tujuan ini turut menentukan metode yang akan digunakan.

3.Memilih Metodologi
metode pelajaran banyak ditentukan oleh tujuan. Bila topic yang dihadapi itu luas seperti dalam pengajaran unit, berbagai ragam metode akan perlu digunakan. Biasanya metode itu akan mengandung unsure-unsur berikut:
·       Uraian tetang apa yang akan dipelajari
·       Diskusi dan pertukaran pikiran.
·       Kegiatan-kegitan yang menggunakan alat intruksional, laboratoriium, dll
·       Kegiatan-kgiatan dalam lingkungan sekitar sekolahseperti kunjungan kerja lapangan, eksporasi, penelitian.
·       Kegiatan-kegiatan yang menggunakan berbagai sumber belajar seperti perpustakaan, alat audio-visual dll
·       Kegiatan kreatif seperti drama,seni rupa, music, pekerjaan tangan.

            Dalam berbagai kegiatan itu murid-murid berlatih untuk mengadakan observasi yang sistematis, membuat catatan, dan membuat laporan tertulis.

4.Koleksi dan penyediaan bahan
Harus diketahui bahan dan alat yang dimiliki oleh sekolah. Bahan dapat pula dipinjam, seperti buku dari perpustakaan umum. Bahan yang diperlukan oleh semua murid dapat di perbanyak dengan mesin stensil atau fotocopy. Juga bahan untuk kreatif dan lain-lalumnya.

5.penyediaan tempat
Penggunaan tempat tidak dapat dipergunakan secara bersamaan. Misalnya perpustakaan
http://dellyharyani.blogspot.com/2012/10/belajar-dan-pembelajaran.html

0 komentar:

Posting Komentar