This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 05 Mei 2014

Apa sih anak berbakat cerdas dan istimewa (Gifted Students) itu?

Apa sih anak berbakat cerdas dan istimewa (Gifted Students) itu?

WRITTEN BY: DR. NENG NURHEMAH, M.PD - NOV• 14•12
Berdasarkan kenyataan yang universal dan alamiah bahwa manusia itu berbeda suatu sama lain dalam berbagai hal, seperti dalam hal intelegensi, bakat, kepribadian, kondisi jasmani dan sebagainya. Oleh karena itu perlu dipikirkan bagaimana menangani penyaluran berbagai perbedaan ini.
Pendidikan anak berbakat merupakan bagian integrasi pendidikan pada umumnya, dengan kekhususan memberi kesempatan maksimal bagi anak berbakat untuk berfungsi sesuai dengan potensinya, dengan harapan bahwa pada suatu saat anak juga akan memberi sumbangan yang maksimal bagi peningkatan kehidupan sesuai dengan aktualisasi potensinya itu. Hal itu sesuai dengan citra masyarakat yang kita anut dengan memperhatikan kaitan fungsional antara individu dengan masyarakat Menurut definisi yang dikemukakan Renzuli,anak berbakat memiliki pengertian:
“Anak berbakat merupakan satu interaksi di antara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata-rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan kreativitas yang tinggi. Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai”.
Menurut penelitan Terman (1925) pada saat anak berbakat dilahirkan memiliki berat badan diatas berat badan normal. Dari segi fisik pada umumnya mereka juga memiliki keunggulan seperti terlihat dari berat dan tinggi badan, koordinasi, daya tahan tubuh dan kondisi kesehatan pada umumnya (French, 1959). Mereka juga sangat energik (Meyen, 1978) sehingga orang salah mendiagnosa sebagai anak yang hyperaktif (Swassing, 1985). Anak-anak berbakat berkembang lebih cepat atau bahkan sangat cepat bila dibandingkan dengan ukuran perkembangan yang normal. Hal ini disebabkan anak berbakat memiliki superioritas intelektual (Gearheart intelektual 1980) mampu dengan cepat melakukan analisis (Sunan, 1983), dan dalam irama perkembangan kemajuan yang mantap (Swassing,1985) bahkan dalam berfikir mereka sering meloncat dari urutan berfikir yang normal (Gearheart,1980).
Heller (2004) mengembangkan model multifaktor yang merupakan pengembangan dariTriadic Interdependence model Monks serta Multiple Intellegences dari Howard Gardner. Menurut Heller konsep keberbakatan dapat ditinjau berdasarkan empat dimensi multifaktor yang saling terkait satu sama lain:
  1. Faktor talenta (talent) yang relatif mandiri,
  2. Faktor kinerja (performance),
  3. Faktor kepribadian, dan
  4. Faktor lingkungan;
Dua faktor terakhir menjadi perantara untuk terjadinya transisi dari talenta menjadi kinerja. Faktor bakat (talent) sebagai potensi yang ada di dalam individu dapat meramalkan aktualisasi kinerja (performance) dalam area yang spesifik. Bakat ini mencakup tujuh area yang masing -masing berdiri sendiri, yaitu: kemampuan intelektual, kemampuan kreatif, kompetensi sosial, kecerdasan praktis, kemampuan artistik, musikalitas, dan keterampilan psikomotor. Sementara itu faktor kinerja (performance) meliputi delapan area kinerja, yaitu matematika, ilmu pengetahuan alam, teknologi, komputer, seni (musik, lukis), bahasa, olahraga, serta relasi sosial.
The “Three-Ring Conceptions” atau Konsepsi Tiga Cincin menurut Renzulli (1981, 2005) yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria (persyaratan) keberbakatan (giftedness) adalah keterkaitan antara:
  1. Kemampuan umum (kapasitas intelektual) dan/atau kemampuan khusus di atas rata-rata.
  2. Kreativitas di atas rata-rata.
  3. Pengikatan diri terhadap tugas (task commitment) yang cukup tinggi.
The Triadich dari Renzulli-Monks merupakan pengembangan dari Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli. Model Renzulli-Monks ini disebut model multifaktor yang melengkapi Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli. Dalam model multifaktornya Monks mengatakan bahwa potensi kecerdasan istimewa (giftedness) yang dikemukakan oleh Renzulli tidak akan terwujud jika tidak mendapatkan dukungan yang baik dari sekolah, keluarga, dan lingkungan di mana anak tinggal (Monks dan Ypenburg, 1995).
Sekolah keluarga
Multifaktor maka pendidikan anak cerdas istimewa tidak dapat dilepaskan dari peran orangtua dan lingkungan dalam menanggapi gejala-gejala kecerdasan istimewa yang dimiliki, toleran terhadap berbagai karakteristik yang ditampilkannya baik yang positif maupun berbagai gangguan tumbuh kembangnya yang menjadi penghambat baginya, serta dalam mengupayakan layanan pendidikan yang terbaik baginya. Lebih lanjut model pendekatan ini menuntut keterlibatan pihak orangtua dalam pengasuhan di rumah agar berpartisipasi secara penuh dan simultan dengan layanan pendidikan di sekolah.
Berkaitan dengan konsepsi keberbakatan ini, menarik pula model multiple intelligence dari Gardner. Gardner menjelaskan bahwa intelegensi bukan merupakan suatu konstruk unit tunggal namun merupakan konstruk sejumlah kemampuan yang masing-masing dapat berdiri sendiri (Gardner, 1983). Pendapatnya ini seiring dengan upaya dari sejumlah pakar psikologi yang giat meneliti kembali apa yang dimaksud dan bagaimana cara mengukur intelegensi dan mereka berpandangan bahwa intelegensi tidak dapat diukur melalui pengukuran kemampuan skolastik semata. Gardner berpendapat bahwa manusia memiliki 7 dimensi yang semi otonom, bahkan akhir-akhir ini berkembang lagi menjadi 9 dan bahkan 10 jenis intelegensi.
 Cara menghadapi anak cerdas istimewa
Anak-anak cerdas berbakat sering kali melakukan hal-hal aneh yang tidak biasa dilakukan oleh anak-anak secara umum sering kali mereka bertindak sangat menjengkelkan terutama pada saat proses belajar berlangsung di kelas-kelas, maupun dalam tingkah laku keseharian.
Cara menghadapi masalah pada situasi ini adalah keterlibatan seluruh aspek psikologis dan biologis setiap anak berbakat pada saat mereka berhadapan dengan masalah tersebut. Mereka akan memilih metode, pendekatan dan alat yang strategis sehingga diperoleh pemecahan masalah yang efisien dan efektif. Langkah awal dapat dilihat bahwa setiap anak berbakat mempunyai keinginan yang kuat untuk mengetahui banyak hal (Gearheart,1980) kemudian mereka akan melakukan ekspedisi dan eksplorasi terhadap pengukuran saja. Setelah berpikir dengan baik maka mereka akan memunculkan hasil pemikiran dalam bentuk tingkah laku.
Tingkah laku yang dimunculkan ialah mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara kritis. Pertanyaan ini ditujukan pada diri sendiri atau orang lain (sebaya atau orang dewasa). Karakteristik yang dimiliki anak berbakat dalam menghadapi masalah diantaranya:
  • Mereka mampu melihat hubungan permasalahan itu secara komprehensif dan juga mengaplikasikan konsep-konsep yang kompleks dalam situasi yang kongkrit. Mereka akan terpusat pada pencapai tujuan yang ditetapkan (Gearheart, 1980).
  • Mereka suka bekerja secara independent dan membutuhkan kebebasan dalam bergerak dan bertindak.
  • Mereka menyukai cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu dan mempunyai intens untuk berkreasi (Meyen, 1978).

Karakteristik anak berbakat cerdas istimewa
  1. Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara fisik berdasarkan pemahaman pengetahuan yang sedikit.
  2. Dapat mendominasi diskusi.
  3. Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya.
  4. Suka ribut.
  5. Memilih kegiatan membaca dari pada berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik.
  6. Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau prosedur tertentu.
  7. Jika memimpin diskusi akan membawa situasi diskusi ke situasi yang harus selalu tuntas.
  8. Frustrasi disebabkan tidak jalannya aktivitas sehari-hari.
  9. Menjadi bosan karena banyak hal yang diulang-ulang.
  10. Menggunakan humor untuk memanipulasi sesuatu.
  11. Melawan jadwal yang (hanya) didasarkan atas pertimbangan waktu saja bukan atas pertimbangan tugas.
  12. Mungkin akan kehilangan intens dengan cepat

http://neng.nurhemah.sman2tangsel.sch.id/?p=61

Graphology: Know Your Self




Kapan terakhir kali kalian menulis dengan tangan hingga memenuhi setidaknya satu lembar kertas ukuran A4? Mungkin ada yang sudah 5 tahun tidak pernah lagi menulis panjang, lebih dari 1000 kata dengan pulpen di atas kertas. Yup, kita semakin jarang menggunakan kesepuluh jari tangan kita untuk menulis kalimat-kalimat panjang yang komprehensif.
Bahkan ketika saya mentwit soal keinginan saya belajar graphology, teman saya, Ananda Sukarlan, membalas twit itu dengan kalimat yang menohok. Andi tidak salah. Manusia modern memang semakin senang mengelus dan membelai keypad gadget mereka untuk menghasilkan tulisan. Padahal sebenarnya banyak sekali informasi yang bisa kita gali dengan mengamati tulisan tangan seseorang. Bahkan kita juga bisa melakukan therapy melalui tulisan tangan.
Image
Akhir pekan ini saya beruntung mendapatkan undangan mengikuti workshop Grapho-Parenting melalui Superkids Indonesia. Seperti terlihat dari judul kegiatannya, workshop ini melatih para orang tua dan tenaga pendidik untuk memanfaatkan graphology bagi kecerdasan sosial, emosional dan intelektual anak. Graphology itu apa sih?
 Graphology is the pseudoscientific study and analysis of handwriting, especially in relation to human psychology. In the medical field, the word can be used to refer to the study of handwriting as an aid in diagnosis and tracking of diseases of the brain and nervous system.
Workshop dibuka dengan membahas dasar-dasar graphology, apa saja yang harus diperhatikan ketika menganalisa tulisan tangan seseorang dan makna dibalik setiap goresan dari tulisan tangan tersebut. Analisa untuk tulisan tangan anak-anak, remaja, dewasa muda (dibawah 25 tahun) dan orang dewasa berbeda-beda. Kalian mungkin merasakan kalau tulisan tangan kalian semasa kelas 6 SD berbeda dengan tulisan semasa SMA, dan berbeda lagi dengan tulisan tangan yang sekarang. Ini lumrah. Tulisan tangan kita cederung berubah, bisa sedikit saja bisa juga banyak, seiring dengan perkembangan inteletual dan kematangan emosional. Jadi pendekatan graphology untuk berbagai kelompok umur pun sedikit berbeda, meskipun banyak prinsip dasar yang sama.
Khusus untuk anak-anak (sejak anak bisa menulis hingga usia 13 tahun), melalui graphology kita bisa:
  • Menganalisa karakter seseorang
  • Mendeteksi masalah perkembangan yang dialami anak, repressed fear, anger, anxiety, trauma maupun tekanan fisik dan psikis yang dialami anak.
  • Mendeteksi kesulitan konsentrasi, motivasi dan berbagai gangguan belajar lain yang dialami anak.
  • Menterapi berbagai masalah yang disebutkan di atas.
Sudah lama saya dengar kalau graphology bisa digunakan untuk mempelajari karakter seseorang. Tapi graphology untuk terapi kepribadian, kesulitan belajar dan gangguan emosional, baru kali saya pelajari. Terapi tulisan tangan ini efektif untuk dilakukan pada anak-anak di bawah usia 13 tahun. Buat orang dewasa juga bisa, tapi prosesnya akan lebih panjang dan perlu komitmen super serius karena semakin dewasa semakin sulit untuk mengubah pola tulisan dan pola perilaku seseorang.
Secara ringkas, proses terapinya dimulai dengan menganalisa tulisan tangan anak di buku tulis atau buku catatan yang biasa dia pakai di sekolah. Bisa juga dengan meminta anak menulis beberapa paragraf yang cukup panjang di atas sehelai kertas HVS. Dari hasil analisa tulisan tangan ini dapat terbaca kecenderungan-kecenderungan karakter anak, yang mungkin perlu terapi, contohnya ada di paragraf berikutnya. Bila tidak ada kecenderungan ekstrim yang perlu terapi, bagus! Meski begitu, terapi grafologi tetap bisa dimanfaatkan untuk membentuk karakter anak, dengan cara meluangkan waktu 10 menit saja setiap harinya untuk bersama anak belajar menulis tegak dengan bentuk huruf dan penekanan yang konsisten di atas kertas.
Image
Salah satu kasus yang kami pelajari adalah seorang anak lelaki kelas 3 SD yang hampir dipindahkan sekolah oleh ibunya karena sejak masuk SD prestasinya dianggap buruk, selalu masuk peringkat 10 besar dari bawah. Ibu anak tersebut sudah berusaha keras membimbing proses belajar anak dan menerapkan disiplin yang tegas, tapi si ibu merasa tidak berhasil.
Anak ini, sebut saja Deddy, dibawa ke sang grapholog dan dianalisa tulisan tangannya yang terlihat memenuhi salah satu buku tulisnya. Deddy juga diminta menjalani Doodle test, semacam test psikologis melalui coretan tangannya. Dari sini terlihat bahwa Deddy sebenarnya merasa tertekan dengan tugas sekolahnya, tuntutan ibunya dan bully oleh teman-temannya. All of his anger, solitude, fear and anxiety was shown right there on the paper. Maka Deddy pun menjalanigraphotherapy alias terapi tulisan tangan sejak bulan April hingga ujian kenaikan kelas. Deddy yang mulanya penyendiri, agresif dan moody, berangsur-angsur semakin baik dalam bersosialisasi dan berkonsentrasi. Saat hasil ujian kenaikan kelas keluar, nilai Deddy masuk ke deretan 10 besar yang terbaik di kelasnya. Deddy juga menjadi lebih tenang, percaya diri dan termotivasi untuk mempertahankan prestasinya.
Itu kisah Deddy, apa kisahmu?
Para grapholog yang tergabung dalam Alesi Indonesia ini juga menganalisa tulisan tangan anak-anak yang masuk rutan gara-gara berbagai kasus, mulai dari pencurian hingga pembunuhan. Kami sempat diperlihatkan tulisan tangan seorang anak usia 15 tahun yang membunuh adik kandungnya berusia 10 tahun. Tulisan tangan anak itu menunjukkan adanya agresiveness dan kemarahan terpendam pada kedua orang tuanya.
Image
Pada workshop ini, graphology digabungkan dengan doodle test agar analisanya lebih komprehensif. Pada prinsipnya doodle test ini meminta testee untuk melengkapi stimulus gambar dalam sebuah bidang di atas kertas yang diberikan. Saat melihat stimulusnya saya langsung melihat ada kemiripan dengan Wartegg test. Keduanya merupakan non-verbal projective test. Bedanya, doodle test ini boleh digunakan oleh non psychologist yang sudah mendapatkan pelatihan.
So guys, mungkin sekarang saatnya kalian memperhatikan bentuk tulisan tangan kalian (atau tulisan tangan pacar), mulai dari margin kiri-kanannya, base line horizontalnya, bentuk huruf kapitalnya, huruf kecilnya, jarak spasinya dan tekanan goresan bolpennya, karena semua itu punya makna. Are you ready to know your self?

http://sabai95.wordpress.com/2012/12/16/graphology-know-your-self/

Minggu, 04 Mei 2014

METODE MATHMAGIC

PENGGUNAAN METODE MATHMAGIC 
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA TENTANG PERKALIAN
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas III Sekolah Dasar Negeri Lemahmukti 2 Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang)


PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Mengikuti Ujian Sidang Proposal Penelitian 
Pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar 
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta



















Oleh

ALI SAPRUDIN
NIM. 0602687




PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN 
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 
KAMPUS PURWAKARTA
2008
A. Judul

PENGGUNAAN METODE MATHMAGIC UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA TENTANG PERKALIAN (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas III Sekolah Dasar Negeri Lemahmukti 2 Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang)

B. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya diselenggarakan dalam rangka membebaskan manusia dari berbagai persoalan hidup yang melingkupinya. Pendidikan menurut Freire (Yunus, 2005:1) “merupakan salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi manusia menjadi manusia agar terhindar dari berbagai bentuk penindasan, kebodohan sampai kepada ketertinggalan”. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu transfer pengetahuan dari semua bentuk kejadian di dunia dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lainnya, dan nantinya akan mempengaruhi proses kehidupan makhluk hidup itu sendiri. Pendidikan adalah kebutuhan dasar (basic need) hidup manusia. Pendidikan juga merupakan sebagai hak asasi manusia, dalam arti yang lebih luas bahwa pendidikan bertujuan untuk memberikan kemerdekaan kepada manusia dalam mempertahankan hidupnya.
Di dalam prosesnya pendidikan selalu mengalami perubahan selaras dengan proses pertumbuhan suatu masyarakat. Setiap masyarakat mempunyai cara tersendiri antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan pemahaman, pengertian, dan tujuan hidup yang mereka hayati. Sistem pendidikan biasanya berbentuk sesuai dengan pandangan hidup suatu masyarakat. Apabila pandangan hidup suatu masyarakat terbuka, maka akan lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman, dan dalam sistem pendidikannya pun akan banyak memberikan kesempatan kepada generasi baru untuk mengembangkan dan mempersiapkan diri guna menghadapi tuntutan zaman yang selalu berubah.
Perubahan-perubahan dalam dunia pendidikan biasanya diikuti oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena kemajuan tersebut tentu saja harus didukung oleh setiap pelaku pendidikan agar pendidikan dapat diselaraskan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Untuk itu, guru selaku pelaku pendidikan harus memberikan wawasan kepada anak didiknya agar turut serta membangun iklim pendidikan. 
Dalam peranannya pelaku pendidikan mengarahkan kepada anak didiknya untuk berfikir kretif dan inovatif serta menarik. Pemikiran yang demikian itu tidak datang dengan sendirinya melainkan harus melalui rangsangan metode pembelajaran yang variatif serta menarik minat anak didik. 
Kualitas pendidikan seyogianya dinilai dari keberhasilan dalam mengembangkan diri mewujudkan potensi yang dimiliki manusia, sehingga manusia itu dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi kesejahteraan diri dan kesejahteraan manusia pada umumnya. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab II pasal 3 yang berbunyi :
“ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” 
Tujuan pendidikan dirancang untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, baik yang berhubungan secara vertikal (sesama manusia) maupun secara horisontal (Sang Pencipta) serta mampu bersaing dengan negara lain. Selaras dengan konsep tujuan pendidikan nasional diatas, maka tujuan dari mata pelajaran matematika adalah:
1) Memahami konsep metamatika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dalam pernyataan matematika; 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan masalah; 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dinas Pendidikan ( 2006 : 9 )

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan dari mata pelajaran matematika, maka berbagai macam cara ditempuh oleh pelaku pendidikan maupun orang yang perduli terhadap pendidikan baik yang bersifat formal maupun non formal untuk terus menciptakan metode pembelajaran yang kreatif, inovatif serta menarik minat anak didik untuk selalu mencintai dan menyukai terhadap belajar matematika, sebab belajar matematika menurut sebagian besar anak-anak merupakan pembelajaran yang sangat sulit dan memusingkan. Banyak metode pembelajaran yang berkembang dewasa ini yang telah diciptakan untuk memudahkan anak didik untuk menyukai terhadap matematika diantaranya adalah metode belajar mathmagic.
Metode belajar mathmagic adalah salah satu metode belajar terhadap operasi hitung pada pelajaran matematika yang diantaranya adalah operasi hitung perkalian. Dalam metode mathmagic anak didik diarahkan untuk dapat memahami operasi hitung perkalian dengan cara cepat dan mudah. Metode mathmagic ini nantinya tidak hanya diaplikasikan diatas kertas namun diharapkan anak didik mampu menghitung perkalian menggunakan daya nalarnya (operasi hitung tanpa melalui penulisan terlebih dahulu).
Akan tetapi, dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) sebelum mengenal lebih jauh tentang perkalian sebaiknya guru mengetahui terlebih dahulu kemampuan anak didiknya. Sebab, pada perkalian ini anak didik minimal haruslah paham tentang dasar matematika yaitu penjumlahan dan pengurangan, sebab arti dari perkalian adalah penjumlahan berulang. Setelah paham betul kemampuan anak didik tentang penjumlahan dan pengurangan, barulah guru dapat menerapkan perkalian.
Sesuai dengan uraian diatas, maka kami mencoba menerapkan metode mathmagic dengan maksud supaya setiap individu pelajar memiliki kemampuan operasi hitung perkalian yang mudah dan cepat serta mampu menghitung operasi hitung perkalian dengan menggunakan daya nalar.
Penelitian kami tujukan pada SD Negeri Lemahmukti II kecamatan Lemahabang kabupaten Karawang dengan judul : PENGGUNAAN METODE MATHMAGIC UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA TENTANG PERKALIAN (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas III Sekolah Dasar Negeri Lemahmukti 2 Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang).



C. Perumusan Masalah

Tujuan pembelajaran matematika dapat berhasil dengan optimal manakala nilai profesionalisme guru dalam mata pelajaran matematika cukup memadai. Setiap guru seyogianya memberi pasilitas dan pengkondisian siswa yang sesuai dengan tujuan dari pembelajaran. Selain itu, guru seyogianya menguasai berbagai bahan ajar dan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena guru di sekolah dasar merupakan guru kelas, dalam arti setiap mata pelajaran yang diberikan di sekolah dasar dikuasai oleh guru. 
Agar kajian ini tidak terlalu lebar, maka perlu ditentukan pembatasan masalah dalam penelitian yang dilakukan. Adapun pembatasan tersebut pada penelitian ini terfokus pada operasi hitung perkalian dua digit. 
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah yang diangkat dalam kajian ini adalah:
1. Apakah hasil belajar mata pelajaran matematika siswa kelas III SDN Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang sebelum menggunakan metode mathmagic dalam operasi hitung perkalian dua digit sudah cukup baik?
2. Apakah proses belajar siswa kelas III SDN Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang dengan menggunakan metode mathmagic operasi hitung perkalian dua digit menjadi lebih baik?
3. Apakah hasil belajar siswa kelas III SDN Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang setelah menggunakan metode mathmagic operasi hitung perkalian dua digit mengalami peningkatan yang baik? 
D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini adalah ingin mengetahui kemajuan prestasi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dengan menggunakan metode mathmagic. Secara rinci tujuan yang ingin dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui hasil belajar siswa kelas III SDN Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang dalam pembelajaran mata pelajaran matematika sebelum menggunakan metode mathmagic operasi hitung perkalian dua digit.
2. Ingin mengetahui aktivitas belajar siswa kelas III SDN Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang selama pembelajaran mata pelajaran matematika dengan menggunakan metode mathmagic operasi hitung perkalian dua digit.
3. Ingin mengetahui hasil belajar siswa kelas III SDN Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang setelah pembelajaran mata pelajaran matematika dengan menggunakan metode mathmagic operasi hitung perkalian dua digit. 
E. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari kajian ini adalah didapat informasi baru tentang kemajuan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika operasi hitung perkalian dua digit dengan menggunakan metode mathmagic, secara rincinya didapat informasi tentang:
1. Hasil belajar kelas III SDN Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang dalam proses pembelajaran mata pelajaran matematika sebelum menggunakan metode mathmagic operasi hitung perkalian dua digit.
2. Aktivitas belajar kelas III SDN Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang dalam proses pembelajaran mata pelajaran matematika dengan menggunakan metode mathmagic operasi hitung perkalian dua digit. 
3. Hasil belajar kelas III SDN Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang setelah menggunakan metode mathmagic operasi hitung perkalian dua digit.

F. Klarifikasi Konsep
Dalam kajian ini terdapat istilah-istilah yang dianggap perlu dijelaskan maknanya guna memenuhi rambu-rambu penelitian dan juga memahami makna yang dimaksud dalam naskah penelitian. Istilah-istilah dimaksud adalah: 
1. Penggunaan Metode Mathmagic
Metode mathmagic adalah salah satu metode dalam pembelajaran/ penghitungan matematika yang didirikan oleh Ir. Bekti Hermawan Handojo dan istrinya Ir. Srihari Ediati. Maksud dari metode mathmagic adalah bagaimana menciptakan penghitungan yang cepat pada operasi hitung matematika. Selain itu metode ini diharapkan mampu menciptakan anak yang dapat berhitung tanpa harus menggunakan alat bantu elektronik (kalkulator) dan tanpa harus ditulis terlebih dahulu. Artinya anak diharapkan mampu menghitung KaBaTaKu (kali bagi tambah kurang) dengan daya nalarnya.
Selain metode mathmagic, pasangan suami istri ini mendirikan komunitas untuk siapa saja, dari berbagai propesi dan latar belakang pendidikan untuk selalu buka mata serta peduli, serta menghargai kejeniusan anak-anak termasuk dalam dunia pendidikan anak. Komunitas itu didirikan pada 1 Januari 2004 dengan nama Komunitas Buka Mata di kota Bogor. Atau dapat diakses melalui www.bukamata.com. Handojo dan Ediati (2005: 86-89)
2. Meningkatkan Kemampuan Siswa tentang Perkalian
Secara operasional, meningkatkan hasil pembelajaran dalam penelitian ini adalah serangkaian proses belajar yang telah dicapai oleh setiap peserta didik dalam mata pelajaran matematika kelas III, khususnya pada operasi hitung perkalian dua digit. Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk angka yang didapat dari prestasi belajar. 
Berangkat dari pengertian diatas, proposal penelitian “Penggunaan Metode Mathmagic untuk Meningkatkan Kamampuan Siswa tentang Perkalian (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas III Sekolah Dasar Negeri Lemahmukti 2 Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang)” mempunyai makna peningkatan prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika melalui metode mathmagic. 
Dengan menggunakan metode mathmagic, pembelajaran mata pelajaran matematika tentang perkalian dua digit diduga akan lebih disenangi serta dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung dengan cara ditulis pada kertas serta dengan menggunakan daya nalar.

G. Ringkasan Tinjauan Teoritis
Tujuan dari mata pelajaran matematika adalah untuk menciptakan anak didik yang memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika dan sikap ulet serta percaya diri dalam pemecahan masalah. (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006: 9).
Bahan pembelajaran matematika dirancang secara sistematis berdasarkan tahap psikologi dan kemampuan anak didik. Materi pelajaran berorientasi pada fungsi, tujuan, dan ruang lingkup mata pelajaran matematika serta standar kompetensi dan kompetensi dasar. Adapun hasil belajar, indikator, dan pengalaman belajar dirumuskan oleh pihak sekolah, komite sekolah, dan masyarakat yang peduli terhadap dunia pendidikan. 
Sebab, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diolah oleh tingkat satuan pendidikan itu sendiri dalam hal ini sekolah dasar, untuk memajukan dunia pendidikan sesuai dengan karakter, psikologi dan budaya dimana sekolah itu berada.
Salah satu dari menginterpretasikan KTSP adalah bagaimana guru menciptakan model pembelajaran yang menarik bagi anak didik, yaitu dengan metode mathmagic. Handojo dan Ediati (2005: 23-24) mengatakan bahwa metode mathmagic ini mempunyai cara khusus yang harus diikuti antara lain:
1. Pahami Arti Angka.
Salah satu untuk mengingat perkalian dalam kepala kita adalah dengan mendapatkan gambaran yang jelas masing-masing posisi digit. Apakah satuan, puluhan, atau ribuan. Jika kita dapat menggambarkan konsep ini dan menyimpan dalam memori kita, kita akan dapat mengerjakan soal-soal yang lebih rumit.
2. Pikirkan Angka Maju daripada Mundur
Metode penghitungan dari kiri ke kanan sangat penting dan mudah dilakukan.
Hal ini karena kita dapat segera menyimpulkan segera jawaban. 
3. Kembangkan Memori Kita
Perhitungan perkalian dengan metode dari kiri ke kanan lebih cepat dan mudah menciptakan gambaran dalam otak kita daripada perkalian metode lama. Jika melatih diri mengikuti angka dasar dalam kepala, kita akan menemukan bahwa kita tidak memerlukan pensil untuk mengalikan atau menambah.
4. Latihan
Perkalian silang adalah trik ringan sampai kita mendapatkan teknik dan strategi yang ampuh. Catat dalam ingatan “latihan akan mengembangkan kemampuan dan keterampilan kita”.
5. Kreatif 
Perkalian selalu penuh dengan kemungkinan. Jadi kita harus lebih kreatif dalam menentukan strategi apa yang akan digunakan. Ingat, perkalian angka akan sering kita temui, dimana saja dan kapan saja. 
Berangkat dari uraian diatas, kaitannya dengan penelitian ini dapat diungkapkan bahwa fungsi pembelajaran mata pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses bertujuan agar siswa dapat mengikuti pelajaran matematika dengan cara melakukan, memahami, mengembangkan, mengingat dan latihan-latihan agar menjadi anak didik yang mahir dalam matematika khususnya perkalian dua digit menggunakan daya nalar. 

H. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) penelitian ini merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran serta mencoba hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil belajar.
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang bertujuan untuk:
(a) Memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dikelas. (b) Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran dikelas agar pembelajaran bermutu. (c) Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam pemecahan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya. (d) Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran (misalnya, pendekatan, metode, strategi dan media) yang dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran. (e) Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan inovatif guru. . 
2. Sumber Data
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang. Yang menjadi dasar pertimbangan populasi penelitian ini adalah “bahwa anak usia 12 tahun pertama mengalami pembentukan kecerdasan ketika pertumbuhan struktur dan fungsi otak mencapai tahap tertinggi. Surya (2006: 5). Artinya bahwa setiap anak dapat menyimpan memori pelajaran ketika pada usia maksimal 12 tahun. Konsep ini sejalan dengan intilah tabularasa, anak kecil laksana kertas kosong yang masing memungkinkan untuk diisi dan ditulisi dengan apa saja tergantung dari lingkungan sekitarnya.
Sample yng diambil untuk dijadikan objek penelitian ini sebanyak 27 siswa, dengan rincian siswa laki – laki berjumlah 11orang dan perempuan berjumlah 16 orang. 
Untuk lebih rinci lagi serta dianggap perlu guna menggungkapkan jumlah keseluruhan peserta didik yang menimba ilmu di SDN Lemahmukti II tempat dilaksanakannya penelitian yaitu berjumlah sebanyak 213 orang peserta didik, terdiri dari 98 orang siswa , dan 115 orang siswi.

No Kelas Laki - laki Perempuan Jumlah
1 I 27 16 43
2 II 21 30 51
3 III* 11 16 27
4 IV 12 24 36
5 V 15 14 29
6 VI 12 15 27
Jumlah 98 115 213
(Dokumen SDN Lemahmukti II Tahun ajaran 2007/2008)
Ket. *) siswa kelas III yang dijadikan objek penelitian
3. Prosedur Penelitian
a. Penyusunan 
Dalam kegiatan PTK ini perlu dilakukan kegiatan pokok, yaitu : 1) mendeskripsikan dan menemukan masalah PTK dengan berbagai model atau cara; 2) menentukan cara pemecahan masalah dengan pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu; 3) memilih dan merumuskan masalah baik berupa pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan masalah dan cara pemecahannya; 4) menyusun siklus-siklus yang berisi rencana-rencana tindakan yang diyakini dapat memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan; 5) menetapkan tujuan pelaksanaan PTK; 6) menetapkan cara mengumpulkan data sekaligus menyusun instrumen yang diperlukan untuk menjaring data PTK; 7) menetapkan dan menyusun cara-cara analisis data PTK 
b. Kinerja 
Melaksanakan siklus (rencana tindakan) di dalam kelas. Dalam kegiatan ini diterapkan rencana tindakan yang telah disusun dengan variasi tertentu sesuai dengan kondisi kelas. Selama pelaksanaan tindakan kelas dalam siklus dilakukan pula pengamatan dan refleksi, baik pelaksanaan tindakan, pengamatan maupun refleksi dapat dilakukan secara beriringan bahkan bersamaan
c. Analisis 
Menganalisis data yang telah dikumpulkan baik data tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, maupun refleksi. Analisis data ini harus disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Hasil analisis data ini harus dirumuskan sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Hasil analisis data ini dipaparkan sebagai hasil PTK. 
2. Pengolahan dan Analisis Data
Adapun analisis data tersebut, dilakukan dengan analisis deskriptif terhadap variable yang terkandung dalam pemecahan masalah. Sedangkan data yang terkumpul dari siswa yaitu berupa hasil belajar dan tanggapan tentang penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan penggunaan Metode Mathmagic perkalian operasi hitung dua digit.


I. Sistematika Laporan Penelitian
Laporan penelitian ini diawali dengan bab pendahuluan dan diakhiri dengan bab kesimpulan dan rekomendasi, yaitu:
Bab I merupakan bab pendahuluan, berisikan: a) latar belakang masalah; b) perumusan masalah; c) tujuan penelitian; d) kegunaan penelitian; e) klarifikasi konsep; f) ringkasan tinjauan teoritis; g) metodologi penelitian; h) sistematika laporan; i) agenda kegiatan.
Bab II berisikan kajian teoritik yang berkaitan dengan teori-teori pembelajaran mata pelajaran matematika dengan menggunakan metode mathmagic. 
Bab III merupakan metode penelitian berisikan: a) pendekatan yang digunakan; b) menetapkan sumber data dan jenis data; c) teknik pengumpulan data; d) penetapan penggunaan metode dan bahan ajar; e) tahap penelitian; f) analisis data.
Bab IV merupakan pembahasan hasil kajian, dan Bab V merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan rekomendasi. 

J. Agenda Kegiatan
No Kegiatan Februari Maret 
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Proposal x x x 
2 Bimbingan x x x x x x x x
3 Penulisan Naskah Bab I x x x x 
4 Penulisan Bab II x x x

No Kegiatan April Mei 
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penulisan Naskah Bab II x x x 
2 Pengumpulan Data x x x x 
3 Pengolahan Data x x x


No Kegiatan Juni Juli 
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penulisan Naskah Bab III x x x 
2 Penulisan Naskah Bab IV x x x x 
3 Penulisan Naskah Bab V x x 
4 Penyempurnaan Naskah x x x









K. Daftar Rujukan

Alisah, Evawati dan Dharmawan, Eko.P. (2007). Filsafat Dunia Matematika: Pengantar untuk Memahami Konsep-konseo Matematika. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.
------------. (2006). Undang – undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang GURU DAN DOSEN. Jakarta : CV. Laksana Mandiri
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Jakarta : Depdiknas
Handojo, Bekti. H. dan Ediati, Srihari. (2005). Mathmagic. Depok : PT. Kawan Pustaka. 
Misma. (2007). Teori Belajar Gestalt. [Online]. Tersedia : http//www. E-Learning Management Sistem and Others Materials :Teori Belajar Gestalt. html[12 Desember 2007)
Surya, Sutan. (2007). Melejitkan Multipli Intelligence Anak Usia Dini. Jogjakarta : CV. Andi Offset.
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2006). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Depdiknas Universitas Pendidikan Indonesia.
Wisna, Gde Bimananda M. (2007). Sejarah Matematika : [sos-bali] Untuk Mengingat Saudara Setanah dan Setumpah Darah Tanah Air.[Online]. Tersedia :http//www.google.com/ensiklopedia matematika/sejarah matematika. html. [9 Desember 2007].
Yunus, Firdaus. M. (2005). Pendidikan Berbasis Realitas Sosial : Paulo Freire dan Y.B. Mangun Wijaya. Jogjakarta: Logung Pustaka.
zfikri@telkom.net. (2007). Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). [Online]. Tersedia : http//www. Geocities.com/pakguruonline.html[12 Desember 2007]. 






. Lampiran 


BIODATA PENELITI

Ali Saprudin, lahir di Pekalongan pada tanggal 12 November 1982, tiga bersaudara. Tinggal di Lemahabang Kabupaten Karawang. Menyelesaikan jenjang pendidikan di SD Negeri Lemahabang VII tahun 1994/1995, MTs An-nur Lemahabang tahun 1997/1998 dan SMK Taruna 
Karya 1 Karawang tahun 2000/2001. 
Sedangkan jenjang perguruan tinggi lulusan D2 PGSD UPI kampus Purwakarta tahun 2005.

METODE MATHMAGIC

PENGGUNAAN METODE MATHMAGIC 
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA TENTANG PERKALIAN
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas III Sekolah Dasar Negeri Lemahmukti 2 Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang)


PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Mengikuti Ujian Sidang Proposal Penelitian 
Pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar 
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta



















Oleh

ALI SAPRUDIN
NIM. 0602687




PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN 
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 
KAMPUS PURWAKARTA
2008
A. Judul

PENGGUNAAN METODE MATHMAGIC UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA TENTANG PERKALIAN (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas III Sekolah Dasar Negeri Lemahmukti 2 Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang)

B. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya diselenggarakan dalam rangka membebaskan manusia dari berbagai persoalan hidup yang melingkupinya. Pendidikan menurut Freire (Yunus, 2005:1) “merupakan salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi manusia menjadi manusia agar terhindar dari berbagai bentuk penindasan, kebodohan sampai kepada ketertinggalan”. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu transfer pengetahuan dari semua bentuk kejadian di dunia dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lainnya, dan nantinya akan mempengaruhi proses kehidupan makhluk hidup itu sendiri. Pendidikan adalah kebutuhan dasar (basic need) hidup manusia. Pendidikan juga merupakan sebagai hak asasi manusia, dalam arti yang lebih luas bahwa pendidikan bertujuan untuk memberikan kemerdekaan kepada manusia dalam mempertahankan hidupnya.
Di dalam prosesnya pendidikan selalu mengalami perubahan selaras dengan proses pertumbuhan suatu masyarakat. Setiap masyarakat mempunyai cara tersendiri antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan pemahaman, pengertian, dan tujuan hidup yang mereka hayati. Sistem pendidikan biasanya berbentuk sesuai dengan pandangan hidup suatu masyarakat. Apabila pandangan hidup suatu masyarakat terbuka, maka akan lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman, dan dalam sistem pendidikannya pun akan banyak memberikan kesempatan kepada generasi baru untuk mengembangkan dan mempersiapkan diri guna menghadapi tuntutan zaman yang selalu berubah.
Perubahan-perubahan dalam dunia pendidikan biasanya diikuti oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena kemajuan tersebut tentu saja harus didukung oleh setiap pelaku pendidikan agar pendidikan dapat diselaraskan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Untuk itu, guru selaku pelaku pendidikan harus memberikan wawasan kepada anak didiknya agar turut serta membangun iklim pendidikan. 
Dalam peranannya pelaku pendidikan mengarahkan kepada anak didiknya untuk berfikir kretif dan inovatif serta menarik. Pemikiran yang demikian itu tidak datang dengan sendirinya melainkan harus melalui rangsangan metode pembelajaran yang variatif serta menarik minat anak didik. 
Kualitas pendidikan seyogianya dinilai dari keberhasilan dalam mengembangkan diri mewujudkan potensi yang dimiliki manusia, sehingga manusia itu dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi kesejahteraan diri dan kesejahteraan manusia pada umumnya. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab II pasal 3 yang berbunyi :
“ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” 
Tujuan pendidikan dirancang untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, baik yang berhubungan secara vertikal (sesama manusia) maupun secara horisontal (Sang Pencipta) serta mampu bersaing dengan negara lain. Selaras dengan konsep tujuan pendidikan nasional diatas, maka tujuan dari mata pelajaran matematika adalah:
1) Memahami konsep metamatika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dalam pernyataan matematika; 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan masalah; 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dinas Pendidikan ( 2006 : 9 )

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan dari mata pelajaran matematika, maka berbagai macam cara ditempuh oleh pelaku pendidikan maupun orang yang perduli terhadap pendidikan baik yang bersifat formal maupun non formal untuk terus menciptakan metode pembelajaran yang kreatif, inovatif serta menarik minat anak didik untuk selalu mencintai dan menyukai terhadap belajar matematika, sebab belajar matematika menurut sebagian besar anak-anak merupakan pembelajaran yang sangat sulit dan memusingkan. Banyak metode pembelajaran yang berkembang dewasa ini yang telah diciptakan untuk memudahkan anak didik untuk menyukai terhadap matematika diantaranya adalah metode belajar mathmagic.
Metode belajar mathmagic adalah salah satu metode belajar terhadap operasi hitung pada pelajaran matematika yang diantaranya adalah operasi hitung perkalian. Dalam metode mathmagic anak didik diarahkan untuk dapat memahami operasi hitung perkalian dengan cara cepat dan mudah. Metode mathmagic ini nantinya tidak hanya diaplikasikan diatas kertas namun diharapkan anak didik mampu menghitung perkalian menggunakan daya nalarnya (operasi hitung tanpa melalui penulisan terlebih dahulu).
Akan tetapi, dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) sebelum mengenal lebih jauh tentang perkalian sebaiknya guru mengetahui terlebih dahulu kemampuan anak didiknya. Sebab, pada perkalian ini anak didik minimal haruslah paham tentang dasar matematika yaitu penjumlahan dan pengurangan, sebab arti dari perkalian adalah penjumlahan berulang. Setelah paham betul kemampuan anak didik tentang penjumlahan dan pengurangan, barulah guru dapat menerapkan perkalian.
Sesuai dengan uraian diatas, maka kami mencoba menerapkan metode mathmagic dengan maksud supaya setiap individu pelajar memiliki kemampuan operasi hitung perkalian yang mudah dan cepat serta mampu menghitung operasi hitung perkalian dengan menggunakan daya nalar.
Penelitian kami tujukan pada SD Negeri Lemahmukti II kecamatan Lemahabang kabupaten Karawang dengan judul : PENGGUNAAN METODE MATHMAGIC UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA TENTANG PERKALIAN (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas III Sekolah Dasar Negeri Lemahmukti 2 Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang).



C. Perumusan Masalah

Tujuan pembelajaran matematika dapat berhasil dengan optimal manakala nilai profesionalisme guru dalam mata pelajaran matematika cukup memadai. Setiap guru seyogianya memberi pasilitas dan pengkondisian siswa yang sesuai dengan tujuan dari pembelajaran. Selain itu, guru seyogianya menguasai berbagai bahan ajar dan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena guru di sekolah dasar merupakan guru kelas, dalam arti setiap mata pelajaran yang diberikan di sekolah dasar dikuasai oleh guru. 
Agar kajian ini tidak terlalu lebar, maka perlu ditentukan pembatasan masalah dalam penelitian yang dilakukan. Adapun pembatasan tersebut pada penelitian ini terfokus pada operasi hitung perkalian dua digit. 
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah yang diangkat dalam kajian ini adalah:
1. Apakah hasil belajar mata pelajaran matematika siswa kelas III SDN Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang sebelum menggunakan metode mathmagic dalam operasi hitung perkalian dua digit sudah cukup baik?
2. Apakah proses belajar siswa kelas III SDN Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang dengan menggunakan metode mathmagic operasi hitung perkalian dua digit menjadi lebih baik?
3. Apakah hasil belajar siswa kelas III SDN Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang setelah menggunakan metode mathmagic operasi hitung perkalian dua digit mengalami peningkatan yang baik? 
D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini adalah ingin mengetahui kemajuan prestasi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dengan menggunakan metode mathmagic. Secara rinci tujuan yang ingin dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui hasil belajar siswa kelas III SDN Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang dalam pembelajaran mata pelajaran matematika sebelum menggunakan metode mathmagic operasi hitung perkalian dua digit.
2. Ingin mengetahui aktivitas belajar siswa kelas III SDN Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang selama pembelajaran mata pelajaran matematika dengan menggunakan metode mathmagic operasi hitung perkalian dua digit.
3. Ingin mengetahui hasil belajar siswa kelas III SDN Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang setelah pembelajaran mata pelajaran matematika dengan menggunakan metode mathmagic operasi hitung perkalian dua digit. 
E. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari kajian ini adalah didapat informasi baru tentang kemajuan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika operasi hitung perkalian dua digit dengan menggunakan metode mathmagic, secara rincinya didapat informasi tentang:
1. Hasil belajar kelas III SDN Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang dalam proses pembelajaran mata pelajaran matematika sebelum menggunakan metode mathmagic operasi hitung perkalian dua digit.
2. Aktivitas belajar kelas III SDN Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang dalam proses pembelajaran mata pelajaran matematika dengan menggunakan metode mathmagic operasi hitung perkalian dua digit. 
3. Hasil belajar kelas III SDN Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang setelah menggunakan metode mathmagic operasi hitung perkalian dua digit.

F. Klarifikasi Konsep
Dalam kajian ini terdapat istilah-istilah yang dianggap perlu dijelaskan maknanya guna memenuhi rambu-rambu penelitian dan juga memahami makna yang dimaksud dalam naskah penelitian. Istilah-istilah dimaksud adalah: 
1. Penggunaan Metode Mathmagic
Metode mathmagic adalah salah satu metode dalam pembelajaran/ penghitungan matematika yang didirikan oleh Ir. Bekti Hermawan Handojo dan istrinya Ir. Srihari Ediati. Maksud dari metode mathmagic adalah bagaimana menciptakan penghitungan yang cepat pada operasi hitung matematika. Selain itu metode ini diharapkan mampu menciptakan anak yang dapat berhitung tanpa harus menggunakan alat bantu elektronik (kalkulator) dan tanpa harus ditulis terlebih dahulu. Artinya anak diharapkan mampu menghitung KaBaTaKu (kali bagi tambah kurang) dengan daya nalarnya.
Selain metode mathmagic, pasangan suami istri ini mendirikan komunitas untuk siapa saja, dari berbagai propesi dan latar belakang pendidikan untuk selalu buka mata serta peduli, serta menghargai kejeniusan anak-anak termasuk dalam dunia pendidikan anak. Komunitas itu didirikan pada 1 Januari 2004 dengan nama Komunitas Buka Mata di kota Bogor. Atau dapat diakses melalui www.bukamata.com. Handojo dan Ediati (2005: 86-89)
2. Meningkatkan Kemampuan Siswa tentang Perkalian
Secara operasional, meningkatkan hasil pembelajaran dalam penelitian ini adalah serangkaian proses belajar yang telah dicapai oleh setiap peserta didik dalam mata pelajaran matematika kelas III, khususnya pada operasi hitung perkalian dua digit. Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk angka yang didapat dari prestasi belajar. 
Berangkat dari pengertian diatas, proposal penelitian “Penggunaan Metode Mathmagic untuk Meningkatkan Kamampuan Siswa tentang Perkalian (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas III Sekolah Dasar Negeri Lemahmukti 2 Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang)” mempunyai makna peningkatan prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika melalui metode mathmagic. 
Dengan menggunakan metode mathmagic, pembelajaran mata pelajaran matematika tentang perkalian dua digit diduga akan lebih disenangi serta dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung dengan cara ditulis pada kertas serta dengan menggunakan daya nalar.

G. Ringkasan Tinjauan Teoritis
Tujuan dari mata pelajaran matematika adalah untuk menciptakan anak didik yang memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika dan sikap ulet serta percaya diri dalam pemecahan masalah. (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006: 9).
Bahan pembelajaran matematika dirancang secara sistematis berdasarkan tahap psikologi dan kemampuan anak didik. Materi pelajaran berorientasi pada fungsi, tujuan, dan ruang lingkup mata pelajaran matematika serta standar kompetensi dan kompetensi dasar. Adapun hasil belajar, indikator, dan pengalaman belajar dirumuskan oleh pihak sekolah, komite sekolah, dan masyarakat yang peduli terhadap dunia pendidikan. 
Sebab, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diolah oleh tingkat satuan pendidikan itu sendiri dalam hal ini sekolah dasar, untuk memajukan dunia pendidikan sesuai dengan karakter, psikologi dan budaya dimana sekolah itu berada.
Salah satu dari menginterpretasikan KTSP adalah bagaimana guru menciptakan model pembelajaran yang menarik bagi anak didik, yaitu dengan metode mathmagic. Handojo dan Ediati (2005: 23-24) mengatakan bahwa metode mathmagic ini mempunyai cara khusus yang harus diikuti antara lain:
1. Pahami Arti Angka.
Salah satu untuk mengingat perkalian dalam kepala kita adalah dengan mendapatkan gambaran yang jelas masing-masing posisi digit. Apakah satuan, puluhan, atau ribuan. Jika kita dapat menggambarkan konsep ini dan menyimpan dalam memori kita, kita akan dapat mengerjakan soal-soal yang lebih rumit.
2. Pikirkan Angka Maju daripada Mundur
Metode penghitungan dari kiri ke kanan sangat penting dan mudah dilakukan.
Hal ini karena kita dapat segera menyimpulkan segera jawaban. 
3. Kembangkan Memori Kita
Perhitungan perkalian dengan metode dari kiri ke kanan lebih cepat dan mudah menciptakan gambaran dalam otak kita daripada perkalian metode lama. Jika melatih diri mengikuti angka dasar dalam kepala, kita akan menemukan bahwa kita tidak memerlukan pensil untuk mengalikan atau menambah.
4. Latihan
Perkalian silang adalah trik ringan sampai kita mendapatkan teknik dan strategi yang ampuh. Catat dalam ingatan “latihan akan mengembangkan kemampuan dan keterampilan kita”.
5. Kreatif 
Perkalian selalu penuh dengan kemungkinan. Jadi kita harus lebih kreatif dalam menentukan strategi apa yang akan digunakan. Ingat, perkalian angka akan sering kita temui, dimana saja dan kapan saja. 
Berangkat dari uraian diatas, kaitannya dengan penelitian ini dapat diungkapkan bahwa fungsi pembelajaran mata pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses bertujuan agar siswa dapat mengikuti pelajaran matematika dengan cara melakukan, memahami, mengembangkan, mengingat dan latihan-latihan agar menjadi anak didik yang mahir dalam matematika khususnya perkalian dua digit menggunakan daya nalar. 

H. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) penelitian ini merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran serta mencoba hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil belajar.
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang bertujuan untuk:
(a) Memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dikelas. (b) Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran dikelas agar pembelajaran bermutu. (c) Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam pemecahan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya. (d) Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran (misalnya, pendekatan, metode, strategi dan media) yang dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran. (e) Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan inovatif guru. . 
2. Sumber Data
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Lemahmukti II Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang. Yang menjadi dasar pertimbangan populasi penelitian ini adalah “bahwa anak usia 12 tahun pertama mengalami pembentukan kecerdasan ketika pertumbuhan struktur dan fungsi otak mencapai tahap tertinggi. Surya (2006: 5). Artinya bahwa setiap anak dapat menyimpan memori pelajaran ketika pada usia maksimal 12 tahun. Konsep ini sejalan dengan intilah tabularasa, anak kecil laksana kertas kosong yang masing memungkinkan untuk diisi dan ditulisi dengan apa saja tergantung dari lingkungan sekitarnya.
Sample yng diambil untuk dijadikan objek penelitian ini sebanyak 27 siswa, dengan rincian siswa laki – laki berjumlah 11orang dan perempuan berjumlah 16 orang. 
Untuk lebih rinci lagi serta dianggap perlu guna menggungkapkan jumlah keseluruhan peserta didik yang menimba ilmu di SDN Lemahmukti II tempat dilaksanakannya penelitian yaitu berjumlah sebanyak 213 orang peserta didik, terdiri dari 98 orang siswa , dan 115 orang siswi.

No Kelas Laki - laki Perempuan Jumlah
1 I 27 16 43
2 II 21 30 51
3 III* 11 16 27
4 IV 12 24 36
5 V 15 14 29
6 VI 12 15 27
Jumlah 98 115 213
(Dokumen SDN Lemahmukti II Tahun ajaran 2007/2008)
Ket. *) siswa kelas III yang dijadikan objek penelitian
3. Prosedur Penelitian
a. Penyusunan 
Dalam kegiatan PTK ini perlu dilakukan kegiatan pokok, yaitu : 1) mendeskripsikan dan menemukan masalah PTK dengan berbagai model atau cara; 2) menentukan cara pemecahan masalah dengan pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu; 3) memilih dan merumuskan masalah baik berupa pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan masalah dan cara pemecahannya; 4) menyusun siklus-siklus yang berisi rencana-rencana tindakan yang diyakini dapat memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan; 5) menetapkan tujuan pelaksanaan PTK; 6) menetapkan cara mengumpulkan data sekaligus menyusun instrumen yang diperlukan untuk menjaring data PTK; 7) menetapkan dan menyusun cara-cara analisis data PTK 
b. Kinerja 
Melaksanakan siklus (rencana tindakan) di dalam kelas. Dalam kegiatan ini diterapkan rencana tindakan yang telah disusun dengan variasi tertentu sesuai dengan kondisi kelas. Selama pelaksanaan tindakan kelas dalam siklus dilakukan pula pengamatan dan refleksi, baik pelaksanaan tindakan, pengamatan maupun refleksi dapat dilakukan secara beriringan bahkan bersamaan
c. Analisis 
Menganalisis data yang telah dikumpulkan baik data tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, maupun refleksi. Analisis data ini harus disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Hasil analisis data ini harus dirumuskan sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Hasil analisis data ini dipaparkan sebagai hasil PTK. 
2. Pengolahan dan Analisis Data
Adapun analisis data tersebut, dilakukan dengan analisis deskriptif terhadap variable yang terkandung dalam pemecahan masalah. Sedangkan data yang terkumpul dari siswa yaitu berupa hasil belajar dan tanggapan tentang penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan penggunaan Metode Mathmagic perkalian operasi hitung dua digit.


I. Sistematika Laporan Penelitian
Laporan penelitian ini diawali dengan bab pendahuluan dan diakhiri dengan bab kesimpulan dan rekomendasi, yaitu:
Bab I merupakan bab pendahuluan, berisikan: a) latar belakang masalah; b) perumusan masalah; c) tujuan penelitian; d) kegunaan penelitian; e) klarifikasi konsep; f) ringkasan tinjauan teoritis; g) metodologi penelitian; h) sistematika laporan; i) agenda kegiatan.
Bab II berisikan kajian teoritik yang berkaitan dengan teori-teori pembelajaran mata pelajaran matematika dengan menggunakan metode mathmagic. 
Bab III merupakan metode penelitian berisikan: a) pendekatan yang digunakan; b) menetapkan sumber data dan jenis data; c) teknik pengumpulan data; d) penetapan penggunaan metode dan bahan ajar; e) tahap penelitian; f) analisis data.
Bab IV merupakan pembahasan hasil kajian, dan Bab V merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan rekomendasi. 

J. Agenda Kegiatan
No Kegiatan Februari Maret 
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Proposal x x x 
2 Bimbingan x x x x x x x x
3 Penulisan Naskah Bab I x x x x 
4 Penulisan Bab II x x x

No Kegiatan April Mei 
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penulisan Naskah Bab II x x x 
2 Pengumpulan Data x x x x 
3 Pengolahan Data x x x


No Kegiatan Juni Juli 
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penulisan Naskah Bab III x x x 
2 Penulisan Naskah Bab IV x x x x 
3 Penulisan Naskah Bab V x x 
4 Penyempurnaan Naskah x x x









K. Daftar Rujukan

Alisah, Evawati dan Dharmawan, Eko.P. (2007). Filsafat Dunia Matematika: Pengantar untuk Memahami Konsep-konseo Matematika. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.
------------. (2006). Undang – undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang GURU DAN DOSEN. Jakarta : CV. Laksana Mandiri
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Jakarta : Depdiknas
Handojo, Bekti. H. dan Ediati, Srihari. (2005). Mathmagic. Depok : PT. Kawan Pustaka. 
Misma. (2007). Teori Belajar Gestalt. [Online]. Tersedia : http//www. E-Learning Management Sistem and Others Materials :Teori Belajar Gestalt. html[12 Desember 2007)
Surya, Sutan. (2007). Melejitkan Multipli Intelligence Anak Usia Dini. Jogjakarta : CV. Andi Offset.
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2006). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Depdiknas Universitas Pendidikan Indonesia.
Wisna, Gde Bimananda M. (2007). Sejarah Matematika : [sos-bali] Untuk Mengingat Saudara Setanah dan Setumpah Darah Tanah Air.[Online]. Tersedia :http//www.google.com/ensiklopedia matematika/sejarah matematika. html. [9 Desember 2007].
Yunus, Firdaus. M. (2005). Pendidikan Berbasis Realitas Sosial : Paulo Freire dan Y.B. Mangun Wijaya. Jogjakarta: Logung Pustaka.
zfikri@telkom.net. (2007). Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). [Online]. Tersedia : http//www. Geocities.com/pakguruonline.html[12 Desember 2007]. 






. Lampiran 


BIODATA PENELITI

Ali Saprudin, lahir di Pekalongan pada tanggal 12 November 1982, tiga bersaudara. Tinggal di Lemahabang Kabupaten Karawang. Menyelesaikan jenjang pendidikan di SD Negeri Lemahabang VII tahun 1994/1995, MTs An-nur Lemahabang tahun 1997/1998 dan SMK Taruna 
Karya 1 Karawang tahun 2000/2001. 
Sedangkan jenjang perguruan tinggi lulusan D2 PGSD UPI kampus Purwakarta tahun 2005.